PDIP Minta SBY Hadir
Jawa Pos, Minggu, 20 Mei 2007,
Tidak Perlu Takut terhadap Interpelasi
JAKARTA - Setelah paripurna DPR memutuskan menggelar interpelasi
Iran, tekanan ke istana semakin kuat. Sejumlah politisi tetap
meminta SBY hadir. PDIP, partai oposisi, misalnya, mendesak presiden
untuk menjawab para wakil rakyat secara langsung melalui forum
interpelasi itu.

Menurut Sekjen PDIP Pramono Anung, selain sudah diatur dalam Tata
Tertib DPR pasal 174 bahwa presiden harus hadir, isu nuklir Iran
tersebut sangat sensitif. Dia menilai dukungan pemerintah terhadap
resolusi 1747 DK PBB yang memberikan sanksi terhadap program nuklir
Iran tersebut merupakan keputusan politik luar negeri Indonesia yang
sangat bernilai prinsipiil.
"Jadi, seyogianya presiden hadir sendiri. Nggak usah diwakilkan ke
menteri-lah," kata Pramono di Jakarta kemarin. Menurut dia, sebagai
representasi rakyat, DPR hanya ingin mendengar dan mengetahui
penjelasan presiden atas dukungannya terhadap resolusi DK PBB yang
menjatuhkan sanksi terhadap Iran tersebut.
Pram -demikian dia akrab disapa- menilai interpelasi nuklir Iran
harus dijadikan momentum untuk menghidupkan budaya demokrasi yang
sehat di Indonesia. Dia berharap mekanisme mendelegasikan jawaban
interpelasi kepada menteri tertentu tidak terus-menerus dijadikan
kebiasaan.
Mekanisme interpelasi "perwakilan" itu sebelumnya pernah terjadi
dalam kasus busung lapar 2006 lalu. Ketika itu, presiden SBY
mengutus Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari untuk menyampaikan
jawaban atas interpelasi yang diajukan DPR.
Padahal, ungkap Pram, dengan datang sendiri ke parlemen, presiden
juga yang akan diuntungkan. Melalui forum interpelasi itu, presiden
memiliki kesempatan untuk menjelaskan sikapnya kepada masyarakat
yang telah memilihnya melalui pemilu. "Kalau nggak datang, justru
malah merugikan citra presiden," ujarnya.
Dia lantas menegaskan, presiden tak perlu khawatir agenda
interpelasi akan melebar menjadi proses impeachment. "Itu cuma mimpi
di siang bolong. Jadi, presiden nggak perlu takut sedikit pun,"
tegasnya.
Badan Musyawarah (Bamus) DPR memang baru akan membicarakan
penjadwalan forum interpelasi nuklir Iran pada rapat Bamus 24 Mei
mendatang. Namun, desakan publik kepada Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono agar hadir secara langsung di DPR terus menguat. Pasalnya,
presiden terus mengesankan hanya akan menugaskan menteri luar negeri
untuk mewakilinya menyampaikan jawaban di hadapan paripurna DPR.(pri)
Labels: fpdip