Din dan Ryamizard Hadiri Rakernas I PDI Perjuangan
Din dan Ryamizard Hadir
Jawa Pos, Kamis, 11 Jan 2007,
SANUR - Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dan mantan KSAD Jenderal (pur) Ryamizard Ryacudu yang santer disebut-sebut akan menjadi alternatif pendamping Megawati pada Pilpres 2009 hadir pada puncak peringatan HUT ke-24 PDIP di Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, kemarin. Keduanya menjadi tamu kehormatan di tengah massa lautan merah partai berlambang banteng gemuk moncong putih itu.
Kedua tokoh itu terlihat akrab dengan Mega. Bahkan, Ryamizard diundang secara pribadi untuk menikmati sarapan pagi oleh Megawati dan suaminya, Taufiq Kiemas.
Ketika dikonfirmasi mengenai acara sarapan pagi itu, Ryamizard meyakinkan bahwa tak ada pembicaraan mengenai pilpres. "Kami cuma ngomong biasa-biasa saja. Masak langsung ngomong politik," katanya lantas tertawa.
Ryamizard juga mengelak bahwa kehadirannya pada peringatan HUT PDIP itu dikaitkan dengan isu pendamping Mega nanti. "Saya ini diundang sehingga datang kemari. Dalam agama Islam, memenuhi undangan itu, hukumnya sunah," tegasnya.
Dengan diplomatis, dia menegaskan bahwa sikapnya sejak dulu sampai sekarang tidak berubah. "Hati dan visi saya, bagaimana membuat negara ini bagus dan tetap utuh," katanya. "Siapa pun yang bersandar pada itu, pasti saya dukung," imbuhnya.
Artinya, dia siap kalau memang benar-benar dilamar Mega yang kerap disimbolkan sebagai "penjaga" ideologi nasionalisme itu? "Sudahlah saya tidak mau bicara itu. Lagi pula, saya tidak pernah berbicara jabatan dan kekuasaan. Itu urusan Tuhan," ujarnya.
Tak jauh berbeda, Din yang ditemui terpisah mengaku lebih berkonsentrasi mengemban amanat muktamar yang harus dipikulnya hingga 2010. "Sampai saat ini, jujur saja, saya belum berpikir tentang posisi masa depan itu," katanya. Meski merasa tersanjung dengan berkembangnya isu tersebut, Din memastikan belum pernah ada pembicaraan mengenai pilpres dengan Megawati.
Selain berkonsentrasi mengemban amanah muktamar, Din tengah mengerjakan sebuah "misi besar" untuk merekatkan elemen-elemen bangsa. Menurut dia, misi itu terkait dengan konteks relasi Islam-Kristen, Islam-Nasionalis, dan Islam-Tionghoa. "Tidak tuntasnya persoalan ini sering menjadi kerikil dalam perjalanan bangsa," jelasnya.
Din menegaskan, hubungan baik antara Muhammadiyah dan kekuatan nasionalis sebenarnya terbangun sejak lama. Dia mencontohkan, Bung Karno pernah menjadi ketua Bagian Pengajaran Kepengurusan Muhammadiyah di Bengkulu. "Kakek ibu Megawati yang bernama Datuk Hasan Din juga pernah menjadi pengurus Muhammadiyah di provinsi itu," kisahnya.
Dengan demikian, lanjut Din, hubungan historis dan batin antara Muhammadiyah dan elemen nasionalis ada sejak dulu. "Karena itu, saling bekerja sama dan saling memberi saran bukan sebuah hal baru. Misalnya, ikut terlibat dalam sayap Islam PDIP (Baitul Muslimin, Red)," tegasnya.(pri)
Jawa Pos, Kamis, 11 Jan 2007,
SANUR - Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dan mantan KSAD Jenderal (pur) Ryamizard Ryacudu yang santer disebut-sebut akan menjadi alternatif pendamping Megawati pada Pilpres 2009 hadir pada puncak peringatan HUT ke-24 PDIP di Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, kemarin. Keduanya menjadi tamu kehormatan di tengah massa lautan merah partai berlambang banteng gemuk moncong putih itu.
Kedua tokoh itu terlihat akrab dengan Mega. Bahkan, Ryamizard diundang secara pribadi untuk menikmati sarapan pagi oleh Megawati dan suaminya, Taufiq Kiemas.
Ketika dikonfirmasi mengenai acara sarapan pagi itu, Ryamizard meyakinkan bahwa tak ada pembicaraan mengenai pilpres. "Kami cuma ngomong biasa-biasa saja. Masak langsung ngomong politik," katanya lantas tertawa.
Ryamizard juga mengelak bahwa kehadirannya pada peringatan HUT PDIP itu dikaitkan dengan isu pendamping Mega nanti. "Saya ini diundang sehingga datang kemari. Dalam agama Islam, memenuhi undangan itu, hukumnya sunah," tegasnya.
Dengan diplomatis, dia menegaskan bahwa sikapnya sejak dulu sampai sekarang tidak berubah. "Hati dan visi saya, bagaimana membuat negara ini bagus dan tetap utuh," katanya. "Siapa pun yang bersandar pada itu, pasti saya dukung," imbuhnya.
Artinya, dia siap kalau memang benar-benar dilamar Mega yang kerap disimbolkan sebagai "penjaga" ideologi nasionalisme itu? "Sudahlah saya tidak mau bicara itu. Lagi pula, saya tidak pernah berbicara jabatan dan kekuasaan. Itu urusan Tuhan," ujarnya.
Tak jauh berbeda, Din yang ditemui terpisah mengaku lebih berkonsentrasi mengemban amanat muktamar yang harus dipikulnya hingga 2010. "Sampai saat ini, jujur saja, saya belum berpikir tentang posisi masa depan itu," katanya. Meski merasa tersanjung dengan berkembangnya isu tersebut, Din memastikan belum pernah ada pembicaraan mengenai pilpres dengan Megawati.
Selain berkonsentrasi mengemban amanah muktamar, Din tengah mengerjakan sebuah "misi besar" untuk merekatkan elemen-elemen bangsa. Menurut dia, misi itu terkait dengan konteks relasi Islam-Kristen, Islam-Nasionalis, dan Islam-Tionghoa. "Tidak tuntasnya persoalan ini sering menjadi kerikil dalam perjalanan bangsa," jelasnya.
Din menegaskan, hubungan baik antara Muhammadiyah dan kekuatan nasionalis sebenarnya terbangun sejak lama. Dia mencontohkan, Bung Karno pernah menjadi ketua Bagian Pengajaran Kepengurusan Muhammadiyah di Bengkulu. "Kakek ibu Megawati yang bernama Datuk Hasan Din juga pernah menjadi pengurus Muhammadiyah di provinsi itu," kisahnya.
Dengan demikian, lanjut Din, hubungan historis dan batin antara Muhammadiyah dan elemen nasionalis ada sejak dulu. "Karena itu, saling bekerja sama dan saling memberi saran bukan sebuah hal baru. Misalnya, ikut terlibat dalam sayap Islam PDIP (Baitul Muslimin, Red)," tegasnya.(pri)
Labels: baitul muslimin, DPD Bali, DPP PDIP, Rakernas
0 Comments:
Post a Comment
<< Home