Banteng Berselendang Hijau

Mega: Jangan Ada Cap Abangan Lagi
Jawa Pos, Jumat, 30 Mar 2007
Din-Hasyim Ikut Deklarasikan Baitul Muslimin Indonesia
JAKARTA - Banteng moncong putih kini berselendang hijau. Kemarin Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mendeklarasikan Baitul Muslimin Indonesia, sayap organisasi PDIP.
Nuansa di Kantor DPP PDIP di Lenteng Agung kemarin juga berbeda. Biasanya, setiap ada acara PDIP, nuansanya merah, putih, dan hitam. Kemarin tenda yang dipakai untuk deklarasi Baitul Muslimin Indonesia berwarna kombinasi merah, putih, dan hijau. Di background panggung terdapat lambang Baitul Muslimin Indonesia berwarna hijau dan merah.
Logonya merupakan siluet Masjid Jamik Bengkulu yang didesain Bung Karno. Megawati kemarin tampil Islami dengan mengenakan kerudung warna hitam. Taufiq Kiemas juga mengenakan peci warna hitam. Petinggi lain PDIP juga mengenakan peci warna hitam. Hadirin yang memadati halaman PDIP juga mengenakan pakaian ala santri.
Dua pimpinan ormas Islam terbesar di Indonesia juga ikut mendukung deklarasi kantong Islam PDIP tersebut. Mereka adalah Ketua Umum PB NU KH Hasyim Muzadi dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin. Hadir juga para jenderal purnawirawan, seperti mantan KSAD Ryamizard Ryacudu, mantan Wakil Panglima TNI Fahrur Rozi, dan mantan Kasum Suadi Marassabesy.
Selain itu, tampak hadir Wakil Ketua DPR Zaenal Ma’arif, Ketua Komisi Yudisial Busyro Muqodas, artis Cici Tegal, Marini Zumarnis, serta para petinggi PDIP.
Mega memaparkan, Baitul Muslimin Indonesia didirikan untuk menjadi wadah gerakan Islam di Indonesia. "Nama Baitul Muslimin memiliki arti rumah bagi kaum muslim. Rumah bagi umat yang berserah diri kepada Allah SWT," jelasnya.
Menurut Mega, saat ini pengklasifikasian santri, abangan, dan priyayi oleh Cliffort Geertz, filosof dari Amerika Serikat, sudah tidak relevan lagi di Indonesia. Apalagi jika dilihat dari sudut pandang kebangsaan. "Tidak ada yang boleh mengklaim seseorang lebih santri daripada orang lain. Atau lebih nasionalis daripada yang lain," kata presiden kelima RI tersebut.
Dalam kesempatan itu, Megawati juga kembali mengkritik kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut Mega, kritik tebar pesona yang sempat digulirkan tidak membuat pemerintah introspeksi. "Justru sekarang pemerintah banyak janji dan wacana, tapi miskin aksi," katanya. "Dan janji tinggallah janji, bulan madu tinggallah mimpi," sambung Mega disambut tepuk tangan sekitar 500 hadirin yang memadati halaman Kantor DPP PDIP.
Mega juga mengkritik sikap Indonesia yang mendukung Resolusi 1747 Dewan Keamanan PBB yang menjatuhkan sanksi terhadap Iran. Bagi Mega, Iran adalah sahabat lama Indonesia yang layak dibela. "Akan sangat berharga bagi sahabat lama seandainya Indonesia minimal bersikap abstain saja," tegasnya.
Sebelumnya, Ketua Umum PB NU Hasyim Muzadi menyampaikan kegembiraan atas berdirinya Baitul Muslimin Indonesia. Hasyim berharap, lembaga yang dipimpin Hamka Haq itu menjadi lembaga keagamaan yang domestik. Bukan bagian dari gerakan internasionalisasi Islam.
"Sebab, Indonesia memiliki 200 ragam budaya. Menuangkan Islam di Indonesia berbeda dengan menuangkan Islam di padang pasir. Dan setting nasionalis di PDIP sangat tepat memayungi Baitul Muslimin Indonesia tersebut," kata Hasyim.
Sedangkan Din menyampaikan, Baitul Muslimin Indonesia merupakan sayap organisasi yang sangat pas bagi PDIP. "Bagai pesawat Boeing atau Airbus, untuk terbang menjangkau mega yang di atas sana, perlu sayap. Dan sayap Baitul Muslimin Indonesia itu sesuai karena Indonesia mayoritas umat Islam," kata Din. (tom)
Labels: baitul muslimin
0 Comments:
Post a Comment
<< Home